Panorama alam menjadi bagian dari keunggulan kompetitif yang dibangun oleh para pelaku bisnis properti pada produk hunian yang dipasarkannya. Tak sulit untuk mengambil contoh, misalnya panorama sungai (river view) makin banyak diperkenalkan oleh pengembang. Di tempat berbeda, pengembang lainnya menjual konsep kedekatan dengan alam dalam bentuk orientasi lokasi pada danau (lake view). Di Yogyakarta, perumahan Pesona Merapi mengedepankan view gunung sebagai identitas produk.
Sifat manusia ingin berdekatan dengan alam menjadi esensi yang dikemas oleh pebisnis properti dalam konsep hunian. Faktor kenyamanan menjadi pertimbangan konsumen, selain lengkapnya fasilitas di lingkungan tempat tinggalnya. Konsep green living semakin diminati.
Panorama alam yang indah dan properti ramah lingkungan menjadi daya tarik konsumen menengah ke atas. Dari sisi pengembang, konsep ini bisa meningkatkan nilai jual. Beberapa hal yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut antara lain: pemilihan lokasi, arsitektur, dan desain interior rumah.
Pemandangan alam nusantara tak bisa dilepaskan dari sawah. Musim tanam dan musim panen bagian dari periode penting bagi petani. Hamparan sawah yang sedang menguning atau menghijau menjadi ciri keelokan wajah agraris tanah air kita. Di sektor pariwisata, petak-petak padi ini menjadi nilai jual yang mahal. Banyak pelaku pariwisata menjadikan sawah sebagai merk produk mereka. Sebut saja beberapa diantaranya, misal: “Lihat Sawah Guest House” di Karangasem, Bali. Penginapan ini menjual konsep homestay rice field view.
Masih di pulau dewata, “Tepi Sawah Restaurant and Villas” menawarkan konsep kurang lebih serupa. Selain tempat menginap, mereka juga menawarkan tempat makan di sudut sawah sembari menikmati suasana pedesaan khas Bali. Tak hanya di Bali, “Desa Sawah Restoran dan Villa” di Bogor mengadopsi konsep sejenis. Destinasi wisata yang menawarkan suasana kampung agraris dengan ciri utama persawahan.
Sementara bagi hunian individual, panorama sawah menjadi pertimbangan banyak orang dalam membangun villa atau rumah peristirahatan. Landscape persawahan yang indah menjadi modal penting bagi pelaku pariwisata maupun perseorangan dalam membangun properti. Hamparan persawahan yang indah tak hanya dipunyai Bali. Kontur sawah dengan beda ketinggian dalam skala luas dengan daya tarik yang kuat tersebar di berbagai daerah.
Sebut saja persawahan di Kecamatan Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat. Lereng perbukitan dan lembah dihiasi persawahan menjadi pemandangan yang menakjubkan di daerah ini. Beberapa villa terlihat mulai tumbuh di beberapa titik lokasi. Tentu saja prospek dan kelayakan daerah ini untuk berkembang menjadi ekowisata dan properti dengan orientasi panorama alam, sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi makro dan kebijakan pemerintah daerah. Rancakalong bisa diidentifikasi sebagai lokasi potensial untuk berkembang dengan modal dasar landscape persawahan. Suatu hal yang patut dilirik oleh para pemangku kepentingan dan pelaku bisnis.
Tak menutup kemungkinan pelaku bisnis properti berpikir kreatif out of the box, mengembangkan konsep hunian dengan view persawahan (paddy fields view). Tentunya dengan memegang teguh batasan tata ruang yang telah ditetapkan, tak mencaplok persawahan sebagai penyangga ketahanan pangan bangsa. Pada akhirnya, sawah pun bisa menjadi merk (brand) bagi hunian itu sendiri.
Apalagi kini segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan semakin populer di masyarakat. Kebutuhan terhadap sesuatu yang selaras dengan lestarinya lingkungan (environmental needs) menjadi kesadaran banyak orang. Penyesuaian sekaligus peluang yang dimanfaatkan oleh para pemasar dengan strategi green marketing dan green branding. Orientasi kuat pada lingkungan hidup akan menjadi persepsi positif di benak konsumen dan bisa terwujud sebagai emotional benefit baik pada produk itu sendiri maupun perusahaannya.
Pilihan konsumen pada produk yang selaras dengan lingkungan merupakan bagian dari norma sosial dan tanggung jawab terhadap lingkungan itu sendiri. Perilaku konsumen seperti ini tentu sesuai dengan praktik bisnis berkelanjutan (sustainable business).
Sebenarnya fenomena ini bisa menjadi peluang pengembangan properti dan turisme berbasis lingkungan. Seperti di Bali, pemilik properti wisata tentunya berkepentingan agar sawah ini tidak hilang dari penglihatan. Masyarakat sekitar pun bisa memanfaatkan peluang di luar pertanian untuk menambah pendapatannya dari pariwisata dan manfaat ikutan dari dibangunnya properti di kampung halaman mereka.
Bukan hal mustahil jika keberadaan sawah dipertahankan sebagai orientasi pengembangan properti, sehingga pengembang harus menahan diri untuk tidak mengalihfungsikannya dan taat pada tata ruang. Green property merupakan kebutuhan sekaligus peluang untuk menjawab dinamika perkembangan zaman.
Sumber propertytoday.co.id
Komentar
Posting Komentar